Selasa, 23 September 2008

MEMBUDAYAKAN MENULIS DI KALANGAN SISWA

Beberapa hari yang lalu MTsN Malang 3 menyelenggarakan pelatihan jurnalistik yang diikuti oleh siswa-siswi peserta ekstrakurikuler jurnalistik sekaligus pengurus mading sekolah. Kegiatan ini menurut saya sangat bermanfaat, karena dapat membantu siswa untuk bisa menuliskan ide dan gagasannya menjadi sebuah tulisan yang bisa dibaca oleh orang lain dan boleh jadi tulisan itu akan menjadi inspirasi bagi orang lain.

Kita akui bahwa kegiatan menulis di kalangan siswa-siswi kita masih sangat kurang, hal ini dikarenakan beberapa hal antara lain :

  1. Pada saat anak-anak belajar di SD/MI kurang sekali dirangsang dan dilatih untuk menulis (mengarang). Hal ini mengakibatkan anak cenderung untuk malas menulis/mengarang. Bila anak ketika berada SD/MI tidak dirangsang dan dibiasakan menulis, maka pada saat memasuki sekolah menengah SMP/MTs siswa akan merasa kesulitan untuk belajar menulis/mengarang. Dan kebiasaan siswa-siswi kita kalau sudah menghadapi kesulitan, mereka tidak malah tertantang, tapi malah menghindar.
  2. Banyak guru-guru yang beranggapan bahwa pelajaran menulis/mengarang hanya tanggung jawab pelajaran-pelajaran bahasa (terutama bahasa Indonesia). Anggapan ini sangat keliru besar, karena semua pelajaran bisa dijadikan sarana untuk anak menulis dan berekspresi. Suatu contoh : pada saat pelajaran Agama Islam siswa bisa ditugaskan untuk menuliskan pengalaman dia pertama kali belajar sholat atau berpuasa, pada pelajaran IPA anak-anak diberikan tugas untuk memberikan tanggapan tentang manfaat air dan sebagainya.

Memang ada beberapa kekurangan dalam sistem pendidikan kita, dimana sistem pendidikan kita itu masih banyak berkutat di ranah afektif dan masih kurang sekali menyentuh aspek psikomotorik. Hal ini membuat anak-anak kita menjadi anak-anak yang penuh dengan pengetahuan dan ide tapi tidak bisa menyalurkannya dalam bentuk tulisan atau karya-karya yang lain. Penulis besar seperti J.K. Rawling pengarang buku Harry Potter atau Habiburrahman Assyirazi pengarang novel ayat-ayat Cinta tidak tiba-tiba muncul begitu saja, tapi dilahirkan dari lingkungan pendidikan mereka yang sangat mendukung untuk menjadi penulis. Memang kita tidak ingin mencetak murid-murid kita menjadi penulis semuanya, tapi kita ingin mereka mempunyai skill (kemampuan) untuk menulis dan berekspresi. Suatu hari pasti kemampuan itu akan dibutuhkan.

Bersyukur sekali kini di MTsN Malang 3 ada layanan gratis internet dari Speedy Telkom. Layanan ini sangat membantu kita semua untuk bisa memperoleh akses informasi sebanyak-banyaknya. Dengan fasilitas Blog di internet, kita juga bisa menulis dan berekspresi. Salut buat pak Irul yang mau mengajarkan cara ngeblog kepada saya dan kepada siswa-siswi. Memang ini baru permulaan, karena memang fasilitas yang kita dapatkan masih belum lama, tapi saya yakin suatu saat budaya menulis akan tumbuh berkembang di sekolah kita.

8 komentar:

Anonim mengatakan...

Menurut saya yang selama ini mengajar bahasa Indonesia di SD, letak kekurangan ada di kurikulum. Kurikulum kita terlalu banyak materi sehingga tidak bisa mengembangkan skill anak. Kita sangat kesulitan untuk megajarkan anak bisa mengarang, karena meskipun kini kurikulum sudah tingkat satuan pendidikan, tapi adanya Ujian Nasional atau sejenisnya juga membuat kita harus menyelesaikan materi pelajaran. Apabila waktu itu kita buat untuk anak-anak mengarang lebih banyak, maka khawatir materinya tidak selesai, kalau tidak selesai guru juga yang repot. Jadi orientasi pendidikan kita yang harus dirubah, dan itu butuh kebijakan dari pemerintah

Anonim mengatakan...

saya sendiri juga kesulitan, karena umumnya anak-anak tidak senang, mungkin kalau diajak ke alam bebas (rekreasi), terus kemudian menulis, baru anak-anak bisa senang. Tapi repotnya hal itu butuh waktu dan biaya yang tidak sedikit.

Belive in You mengatakan...

Benar sekali apa yang dikatakan Pak Sa'idi, karena dengan menulis kita bisa mencurahkan ide-ide yang bermunculan di otak kita. Ketika tidak ada orang yang bisa kita ajak bicara sebuah pena dan selembar kertas kita bisa menuliskannya. Jangan sampai kita hanya terbiasa dengan berbicara, menonton, mendengar. Kita juga bisa aktif untuk menulis. Apa yang kita alami dalam satu hari bisa kita tulis dalam buku harian. Salam untuk MTsN Malang 3!!

noe fortuna_bandzZ mengatakan...

cmlikum...
lam knal yua pk,,

panggil saya danu aja..
saya lulusan salah satu SMK di Jakarta...

saya hanya menyanggah sedikit tentang komentar dari teman-teman bapak...

sangat salah jika menganggap matematika sulit atau mudah...

sebab,,
semuanya tergantung kemauan anak-anak untuk mempelajari pelajaran matematika..

saya selaku guru privat pelajaran matematika,,
sudah sangat paham dengan apa yang di alami dengan siswa/i yang mengalami kesusahan dalam pelajaran matematika,,

mereka hanya benci untuk menghapal rumus-rumus..
bahkan bagi mereka yang mampu..
mereka pun membuat rumus masing-masing agar mereka sanggup mengerjakan soal-soal matematika..

lain dengan bahasa indonesia..
meskipun bahasa kita sendiri,,
tetapi..
sangat-sangat sulit untuk mempelajarinya..
apalagi kalau ada kata-kata yang masih jadul..
maksud saya,,
kata-kata yang masih kental dengan kesusastraannya..

benar tidak,,??

lalu..
bagaimana solusinya,,??

Anonim mengatakan...

assalamualaikum!!!
Doakan Saya Lulus Dengan Niai Sempurna Ya Pak!!!
Terima kasih!!!

Unknown mengatakan...

Reuni Akbar PGAN Semarang
IKATAN Keluarga Alumni Pendidikan Guru Agama (IKA PGA) Semarang akan mengadakan reuni akbar alumni angkatan 1974-1993 di aula Kantor Kementerian Agama Provinsi Jateng Jl Sisingamangaraja 5, 11 Juli. Para alumni diminta mengirimkan biodata dan dua lembar foto 4x4 ke sekretariat panitia Jl Galar Raya 11, paling lambat 6 Juni. Hubungi 08122551464, 081326041124, 081325613761, atau 081225295633. (E1-87)

Unknown mengatakan...

Ayo pak Saadi ......semangat!!!. Masih ingat saya pak?

Unknown mengatakan...

Pak Saadi bagaimana kabarnya?